Ini kali lelaki itu mengajakmu pergi
Keliling kota paling plaza ini
Jalan raya penuh lampu merkuri
Dan taman taman kota
Alun alun kota
Lelaki itu mencintaimu
Seperti aku
Aku tidak marah
Dan sekali waktu
Kau memang pergi
Bersamanya
Aku tidak cemburu
Tahu aku
Meski tubuhmu pergi
Hatimu tetap di sini
Di hatiku.
Keliling kota paling plaza ini
Jalan raya penuh lampu merkuri
Dan taman taman kota
Alun alun kota
Lelaki itu mencintaimu
Seperti aku
Aku tidak marah
Dan sekali waktu
Kau memang pergi
Bersamanya
Aku tidak cemburu
Tahu aku
Meski tubuhmu pergi
Hatimu tetap di sini
Di hatiku.
2010
Sajak Ini Mestinya Ditulis Ayah
/1/
Aku tak peduli
Walau nanti kau tak kembali
Membawa anakanak
Kau singkap mereka bersama bendabenda
Di koper itu
Tapi tolong jangan kau ambil
Wangi parfummu yang menempel di kemejaku
Aku tak peduli
Walau nanti kau tak kembali
Membawa anakanak
Kau singkap mereka bersama bendabenda
Di koper itu
Tapi tolong jangan kau ambil
Wangi parfummu yang menempel di kemejaku
/2/
Aku tak akan menjadi pohon
Yang akarnya menancap di rumah
Diam dan menanti kau datang, dengan ramah
Aku jadi daun saja
Bila ada angin melepaskanku dari dahan
Aku dapat terbang ke gedung malam
Dan pergi ke kampung yang kita kira surga
Saat malam pertama, bersamanya
Tetapi rupanya tak ada angin
Sebadai dirimu yang sanggup menghempaskan
Aku ke langit yang sama
Aku tak akan menjadi pohon
Yang akarnya menancap di rumah
Diam dan menanti kau datang, dengan ramah
Aku jadi daun saja
Bila ada angin melepaskanku dari dahan
Aku dapat terbang ke gedung malam
Dan pergi ke kampung yang kita kira surga
Saat malam pertama, bersamanya
Tetapi rupanya tak ada angin
Sebadai dirimu yang sanggup menghempaskan
Aku ke langit yang sama
/3/
Sudah dua tahun kau pergi
Aku senang sebab ranjang ini terasa lengang
Dan kakinya tak lagi berisik
Sebab sintal tubuhmu tak lagi mengganggu tidurku
Yang mengharuskan aku bekerja penuh semalam
Dan di kamar ini, Kamar dimana
Kita saling meminjam tubuh
Sedang turun salju, dingin sekali
Sudah dua tahun kau pergi
Aku senang sebab ranjang ini terasa lengang
Dan kakinya tak lagi berisik
Sebab sintal tubuhmu tak lagi mengganggu tidurku
Yang mengharuskan aku bekerja penuh semalam
Dan di kamar ini, Kamar dimana
Kita saling meminjam tubuh
Sedang turun salju, dingin sekali
2009
Selalu Begitu
membaca puisi aku yang dulu
betapa rumitnya, seperti Cinta ku padamu
sementara kata sejatinya sederhana
ku buka halaman buku puisi itu
ungkapan Cinta tenggelam di puncak kata yang jauh
selalu begitu
aku mengenangmu lewat puisi-puisi itu
lewat Cinta yang belum kau tahu
kenapa aku baru sadar di saat kau tak ada
di saat aku tahu bagaimana menulis puisi Cinta
tapi, ah, aku tulis saja puisi ini
sebagai ungkapan Cinta yang sia-sia
selalu, selalu begitu
puisi tak pernah bisa
Dan aku tetap saja menulisnya
selalu, selalu begitu
puisi tak pernah bisa
Dan ada saja yang tetap membacanya
betapa rumitnya, seperti Cinta ku padamu
sementara kata sejatinya sederhana
ku buka halaman buku puisi itu
ungkapan Cinta tenggelam di puncak kata yang jauh
selalu begitu
aku mengenangmu lewat puisi-puisi itu
lewat Cinta yang belum kau tahu
kenapa aku baru sadar di saat kau tak ada
di saat aku tahu bagaimana menulis puisi Cinta
tapi, ah, aku tulis saja puisi ini
sebagai ungkapan Cinta yang sia-sia
selalu, selalu begitu
puisi tak pernah bisa
Dan aku tetap saja menulisnya
selalu, selalu begitu
puisi tak pernah bisa
Dan ada saja yang tetap membacanya
No comments:
Post a Comment